Rangkaian penyerahan Piagam Penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI oleg GUbernur KAlbar Cornelis, terkait Pengakuan Meriam Karbit sebagai Budaya Takbenda Indonesia, kepada Walikota Pontianak Sutarmidji, pada pembukaanFestival Meriam Karbit di Gang Kamboja pinggiran Sungai Kapuas Sabtu malam (24/6).
PONTIANAK, LANDAK NEWS – Setelah mendapat pengakuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai warisan budaya takbenda, Meriam Karbit yang menjadi salah satu ikon wisata kota Pontianak diharapkan go Internasional, “Selamat dan sukses untuk Melayu Kota Pontianak. Yang sekarang ini adalah pengakuan negara, pengakuan pemerintah terhadap kebudayaan Melayu terutama menyangkut Meriam Karbit. Tidak boleh lagi ada orang atau pihak lain yang mengklaim maupun mengkomplain bahwa ini adalah miliknya selain orang Melayu Pontianak,” ujar Gubernur Kalimantan Barat Cornelis usai menyerahkan Piagam Penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait Pengakuan Meriam Karbit sebagai Budaya Takbenda Indonesia, kepada Walikota Pontianak Sutarmidji, pada pembukaan Festival Meriam Karbit di Gang Kamboja pinggiran Sungai Kapuas Sabtu malam (24/6)
Menurut Cornelis, pihaknya sudah memperjuangkan secara all out hingga berhasil menjadi salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang menetapkan meriam karbit diakui sebagai budaya milik orang Melayu Pontianak. “Termasuk peceri nanas yang akan didaftarkan hak patennya oleh Pemerintah Kota Pontianak. Kalau sudah didaftar dan masuk dalam daftar Kementerian Hukum dan HAM menjadi trademark, maka itu tidak bisa lagi dikomplain atau diklaim oleh pihak manapun,” Ujar MAntan Bupati LAndak itu. Festival Meriam Karbit dalam rangka menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1438 H tersebut diikuti 44 kelompok dengan jumlah keseluruhan 259 meriam karbit. Hadir juga Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya beserta Istri, Wali Kota Pontianak, Sutarmidji dan Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) baik Provinsi maupun Kota Pontianak, dan tamu undangan lainnya.
Cornelis mengimbau agar Tradisi Meriam Karbit menyambut Lebaran harus tetap ada, “Jangan hilang, kalau hilang nanti kita tidak ada jadi Indonesia. Suku bangsa di Indonesia tidak boleh ada yang hilang. Demikian juga kebudayaannya tidak boleh ada yang hilang, karena kita dibangun dari berbagai suku bangsa. Makanya Bung Karno memilih Pancasila sebagai ideologi. Kalau perlu promosinya nanti harus Go Internasional, karena Bapak Presiden targetnya juga bagaimana kampung-kampung di tepi sungai Kapuas ini bisa dinikmati masyarakat atau turis-turis Internasional, seperti di Shanghai mereka punya sungai bisa dinikmati.” Ungkap Mantan Bupati Landak itu.
Selanjutnya Cornelis mengatakan, bahwa berbahagialah anda menjadi orang Melayu, bahasa anda dipakai sebagai bahasa Indonesia, kebudayaan anda diakui, sehingga Indonesia yang mayoritas Jawa mengalah. “Dia nggak pakai bahasa Jawa bahasa Indonesianya, tapi pakai bahasa Melayu, demikian juga pujangga-pujangga Melayu banyak yang terkenal, pantun-pantunnya.” Kata Cornelis.
Cornelis menuturkan, hari raya idulfitri ini, dirinya barusan melepas malam takbiran dan ini yang ke sepuluh kalinya sekaligus dihadapan ratusan masyarakat yang berjubel di Gang Kamboja itu, dirinya juga pamit karena bersama Wakil Gubernur Christiandy Sanjaya, Januari mendatang tidak menjabat lagi. “Saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya dimana Bapak Ibu dan Saudara-Saudara sudah memberikan dukungan sehingga hampir sepuluh tahun berjalannya pemerintahan di Kalbar ini. Mulai dari Rakyat sampai pejabat semua berjalan dengan baik, dan kita bisa menjalankan ibadah puasa pada tahun ini dengan aman dengan tentram tidak ada satu ledakan bom bunuh diri, terima kasih kepada masyarakat dan aparat keamanan.” Ujar Cornelis yang juga Presiden MADN itu.
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji menyebutan, pihaknya sudah mendaftarkan hak paten meriam karbit beserta Tugu Khatulistiwa. Namun saat didaftarkan sebelumnya, diakuinya ada sedikit kekeliruan sebab yang mendaftarkan semestinya badan hukum atau lembaga seperti Pemkot Pontianak.
“Sedangkan waktu itu didaftarkan atas nama wali kota. Kalau itu sudah dilengkapi, Insya Allah akan keluar hak patennya sehingga sudah menjadi paten milik kita. Termasuk peceri nanas mau kita patenkan,” jelasnya.
Terkait Festival Meriam Karbit, orang nomor satu di Kota Pontianak ini menilai, festival tahun ini lebih meriah dibandingkan tahun lalu sebab di sepanjang pinggir sungai di kedua sisinya dihiasi dengan berbagai pernak-pernik lampu hias serta dekorasi.
“Dengan berbagai hiasan ini ditambah dentuman meriam karbit membuat suasana semakin semarak,” kata Sutarmidji.
Dijelaskannya, penurapan dari Pelabuhan Seng Hie hingga ke Jembatan Kapuas I sudah selesai pengerjaannya. Tahun ini, lanjutnya, rencananya pemerintah pusat membuat steigher atau waterfront. Ia berharap, tahun depan pembangunan steigher dari Pelabuhan Seng Hie hingga ke Jembatan Kapuas I itu bisa selesai. “Baru kemudian kita akan menata di mana titik-titik untuk menempatkan meriam karbit. Dan itu tidak hanya digelar pada malam Idul Fitri atau Hari Jadi Kota Pontianak saja, tetapi juga hari-hari tertentu siapa pun bisa menyulut meriam karbit ketika berkunjung ke Kota Pontianak,” paparnya.
Wali Kota dua periode ini berkeinginan kawasan pinggiran Sungai Kapuas akan menjadi ikon Kota Pontianak dan pusat wisata di kota berjuluk Khatulistiwa ini. Tahun ini juga, steigher di Tambelan Sampit, yakni mulai dari Masjid Jami hingga ke Jembatan Kapuas I diperkirakan selesai. Demikian pula penataan kawasan Beting secara keseluruhan juga selesai tahun depan. “Sehingga nanti pinggiran sungai ini lebih nyaman, di mana orang bisa bersepeda menyusuri dan menikmati pinggir sungai mulai dari belakang Bank BCA Tanjungpura hingga ke Jembatan Kapuas I,” pungkasnya.
Meriam karbit merupakan permainan tradisional dan budaya masyarakat di Kota Pontianak, terbuat dari sebatang pohon kayu dengan panjang antara 4 – 7 meter dan berdiameter 40 – 100 centimeter. Sebagai bahan bakarnya menggunakan karbit. Ketika sudah mencapai titik didih dalam waktu beberapa menit, maka meriam karbit siap disulut. Hasil sulutan itu menghasilkan bunyi dentuman yang menakjubkan bahkan pada radius 2 – 10 kilometer. Dalam jarak tidak begitu jauh, suara dari meriam karbit terasa getarannya di rumah-rumah sekitarnya. Menyulut meriam karbit merupakan sensasi tersendiri bagi siapa saja yang tertarik merasakan dentumannya. (R)