JAKARTA – Membatasi konsumsi gula harian sangat penting untuk kesehatan secara menyeluruh.
Tak hanya meningkatkan berat badan, gula tambahan yang tidak alami juga bisa memicu risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan obesitas.
Maka penting sekali kita untuk bersikap jeli untuk menakar jumlah gula yang dinikmati setiap hari, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berapa banyak gula yang sebaiknya dikonsumsi?
Gaya hidup kekinian membuat kita rentan mengonsumsi gula tambahan, dalam segelas kopi, jus, kue, dll.
Beth Czerwony, RD, LD. ahli nutrisi dari Cleveland Clinic mengungkapkan jika gula tambahan adalah pemanis yang ditambahkan ke makanan saat sedang diproses dan disiapkan.
Zat tersebut memang membuat makanan terasa lebih lezat tapi juga menambah banyak kalori tanpa manfaat nutrisi yang nyata.
“Selain selera yang menyenangkan, tubuh Anda tidak mendapat manfaat dari gula tambahan,” tegas Czerwony.
Pedoman diet di Amerika Serikat merekomendasikan kadar gula tambahan berkisar 10persen dari asupan kalori harian kita.
Jika kita mengonsumsi 2.000 kalori sehari, sebaiknya tidak lebih dari 200 kalori tersebut berasal dari tambahan gula.
Jumlah tersebut setara dengan 12 sendok teh gula tambahan, atau sekitar satu kaleng soda.
Ironisnya, gula tambahan sering kali sulit dihindari dalam makanan atau minuman kemasan.
Berbagai nama berbeda juga dipakai sehingga bisa menipu kita yang tidak jeli.
Sejumlah alias dari gula tambahan yang banyak dipakai di pasaran antara lain:
- Sirup jagung fruktosa tinggi.
- Sukrosa.
- Dekstrosa.
- Maltosa.
- Jus tebu.
- Nektar buah.
- Sirup malt.
Maka penting untuk membaca label nutrisi dengan seksama saat belanja agar kita bisa menakar jumlah konsumsi gula tambahan.
“Melihat label itu penting jika Anda ingin mengatur asupan gula,” kata Czerwony.
“Anda mungkin akan terkejut dengan jumlah tambahan gula dalam makanan yang sebenarnya tidak Anda duga.”
Misalnya dalam cokelat, saus tomat, susu cokelat, sereal, dll.
Batas konsumsi gula alami
Sementara itu, gula alami yang biasanya terkandung dalam buah-buahan dan susu cenderung lebih baik untuk tubuh.
“Tubuh Anda biasanya menangani gula alami lebih baik daripada gula yang ditambahkan ke makanan untuk mendapatkan efek pemanis,” jelas Czerwony.
Ditambah lagi, banyak makanan dengan gula alami menawarkan manfaat nutrisi lain yang tidak terdapat pada makanan olahan.
Kandungan vitamin, nutrisi dan zat bermanfaat lainnya bisa membantu mengimbangi rasa manis tersebut.
Kita juga cenderung tidak makan buah atau susu berlebihan dibandingkan camilan, kopi susu atau makanan dengan gula tambahan lainnya.
Sumber: Kompas