PONTIANAK, KALBAR -Pilkada Kabupaten Landak semakin memanas. Bukan karena persaingan antar kandidat beda partai, tetapi justru karena duel seru antar kader dari partai yang sama. Siapakah mereka? Tak lain tak bukan, Karolin Margret Natasa dan Heri Saman. Kedua sosok ini bagaikan saudara yang lahir dari satu rahim partai sama, yakni PDIP. Jadi, kalau ini bukanlah sinetron, kita pasti sudah dapat bagian popcorn-nya.
Mari kita mulai dengan Karol. Mantan Bupati Landak ini ingin maju lagi ke medan pertempuran politik. Dulu, saat pertama kali maju, lawannya hanyalah “kotak kosong”. Tak ada manusia mau melawan saking kuatnya. Yup, benar-benar kotak kosong! Alasannya sederhana, waktu itu ayah Karol, Cornelis, adalah Gubernur Kalbar sekaligus Ketua PDIP Kalbar. Dengan dukungan sang ayah yang super kuat, siapa yang berani melawan? Sama saja bunuh diri. Jadilah Pilkada Landak waktu itu seperti pertandingan sepak bola antara Timnas senior melawan gawang yang ditinggalkan pemain lawan.
Sekarang, jabatan Karol “hanya” sebagai Sekretaris PDIP Kalbar, dan ayahnya, anggota DPR RI. Beda situasi dan kondisunya. Tapi jangan salah, Karol sudah mendapatkan surat tugas dari PDIP pusat untuk maju lagi sebagai calon bupati. Siapa yang berani melawan kali ini?
Jawabannya adalah Heri Saman. Ketua DPRD Landak ini tidak main-main. Ia juga merupakan Ketua KONI Landak dan Ketua Dewan Adat Dayak Landak. Dengan segudang jabatan tersebut, Heri bak superhero lokal yang siap menantang siapa saja, termasuk Karol. Meski harus diakui, nekat maju berarti Heri harus siap dengan risiko dipecat dari PDIP. Tetapi Heri tidak ciut nyali, malah terlihat sedang melobi partai lain untuk tetap bisa bertarung melawan Karol. Bahkan, ia sudah mengantongi sejumlah surat sakti dari parpol lain untuk maju. Kecuali, surat dari PDIP. Untuk saat ini, Heri tetap pede melawan petinggi partainya sendiri.
Namun, drama ini tidak hanya berputar di antara Karol dan Heri saja. Ada satu lagi penantang yang siap meramaikan Pilkada Landak, yaitu Yulius Aho. Berasal dari kalangan pengusaha, Yulius bukanlah kader partai seperti Karol dan Heri, tetapi ia juga mendapatkan banyak surat mandat dari berbagai partai untuk bisa bertarung. Seperti karakter pendatang baru dalam sinetron yang tiba-tiba merebut hati penonton, Yulius siap meramaikan pertarungan dengan perspektif segar dan latar belakang yang berbeda.
Namun, apakah ini hanya kebetulan atau ada strategi jitu dari PDIP? Mari kita berteori sedikit. Bagaimana jika duel antara Karol dan Heri ini hanya sebuah taktik? Bayangkan ini: pada saat-saat terakhir, Heri memutuskan untuk mundur dan tetap setia pada PDIP. Dengan demikian, Karol akan maju sendirian melawan kotak kosong lagi. Ini akan menjadi skenario deja vu yang sempurna. Dan partai lain? Mereka mungkin tidak akan punya cukup waktu untuk mempersiapkan kandidat yang kuat untuk bertarung. Alhasil, Karol kembali duduk di kursi bupati tanpa perlawanan yang berarti.
Tetapi dengan kehadiran Yulius, skenario ini bisa jadi berubah. Yulius bisa menjadi penantang serius yang mengubah dinamika permainan. Dalam politik, segalanya mungkin sebelum nama-nama calon didaftarkan ke KPU. Jadi, apakah ini murni persaingan atau strategi PDIP yang cerdik? Hanya waktu yang akan menjawab. Namun, satu hal yang pasti, drama politik di Kabupaten Landak ini sangat menarik untuk disaksikan. Jadi, siapkan kopi marabuka dan pisang goreng wak.
#camanewak
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalimantan Barat