Presiden Majelis Adat Dayak NAsional (MADN) Cornelis yang juga Gubernur Kalbar, bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly, menuju Aula Pendopo Gubernur KAlbar untuk Gala Dinner Kongres Dayak Internasional 1, yang akan berlangsung 26-27 Juli 2017. (Foto: Hen)
PONTIANAK, LANDAK NEWS – Dayak sebagai salah satu suku ditanah air harus mampu berdaulat ditanahnya sendiri dan memiliki posisi tawar yang tinggi di dunia. Hal tersebut dikatakan Gubernur Kalbar Cornelis yang juga Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) pada Gala Dinner Kongres Dayak Internasional 1 di Pontianak, Selasa malam (25/7).
Hadir dalam acara tersebut Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly, Presiden Borneo Dayak Forum Sabah Sarawak Jefry Kitingan, Perwakilan PBB, NGO, Perusahaan yang beroperasi di Kalbar, perwakilan negara-negara dari India, Sabah, New Zealand, Philipina, Taiwan serta suku Indian Amerika Serikat dan Mori Australia.
Sebagai Presiden MADN, Cornelis menegaskan Dayak memiliki posisi tawar yang tinggi bukan tanpa alasan. Selain memiliki sumber daya alam yang melimpah di tanah leluhur Dayak Kalimantan, negara maju juga sangat tergantung kepada Kalimantan, khususnya dari segi lingkungan.
“Kalau hutan dibakar sama Dayak, panas bumi naik 1 sampai 2 derajad celcius, sekarang saja lapisan ozone sudah bocor” ungkapnya. Kalimantan juga lanjut Cornelis, memiliki kekayaan alam yang hampir semuanya ada, bahkan Nuklir dan bahan baku pembuat pesawat terbang serta Minyak Bumi ada di Kalimantan. Bumi Kalimantan sangat kaya, namun sampai saat ini belum mampu dikelola oleh masyarakatnya.
Cornelis meminta supaya Kongres Dayak Internasional harus mampu menghasilkan Protokol Dayak, dan ini bukan hanya protokol biasa seperti protokol Kyoto, yang hanya dijanjikan saja.
“Kongres Dayak Internasional harus mampu membuka mata dunia, dan merumuskan bagaimana meningkatkan sumber daya manusia Dayak supaya mampu dan cerdas. Kalau perlu seperti orang yahudi yang unggul di semua bidang”. Ujar Cornelis.
“Inilah tugas ke depan supaya manusia dayak menjadi manusia cerdas, manusia pintar,” katanya. Di Kongres Dayak Internasional ini, kata Cornelis, juga harus mampu melihat masa lampau dan masa depan, apa yang seharusnya diperbuat.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly yang hadir dalam Gala Dinner Kongres Dayak Internasional 1 ini mengatakan bahwa Pemerintah pusat dengan kemampuan yang ada akan memperhatikan hasil rumusan-rumusan Kongres tersebut. “Kita lihat kemampuan pemerintah, karena terbatas,” ujarnya.
Dikatakannya, Kongres Dayak Internasional ini harus mengasilkan ide-ide besar dan strategis. “Bagaimana masyarakat dayak yang tersebar di seluruh dunia bisa disatukan dan maju, jujur saya katakan masyarakat dayak saat ini masih tertinggal,” kata Yasonna.
Menurutnya Kalimantan luar biasa kaya sumber daya alam. “Sebetulnya dengan kekayaannya harusnya sudah melampaui kesejahteraan saudara-saudaranya yang lain di Indonesia,” ujarnya. Yasonna mengharapkan Kongres ini saatnya merekomendasi, khususnya dari aspek sumber daya manusia, agar masyarakat dayak menjadi tuan di rumah sendiri, dan agar masyarakat dayak bisa mengelola sumber daya alamnya sendiri.
“Bung Karno mengatakan kekayaan alam tak kan hilang, yang penting kita didik anak-anak kita untuk bisa mengelola, karena sumber daya alam akan tetap ada disitu, persoalannya siapa yang mengelola sumber daya alam tersebut,” katanya.
Yasonna menegaskan, menegaskan, ke depan masyarakat Dayak perlu merumuskan langkah-langkah strategis namun tetap dalam frame NKRI. “Konstitusi negara mengakui tradisi, dan adat nasional. Boleh tinggi tetapi tetap menjadi bagian budaya Indonesia,” ujarnya.
Kongres ini, kata Yasonna, harus melahirkan keputusan- keputusan besar demi memajukan masyarakat Dayak dan Kalimantan. Karena bagaimanapun Kalimantan bagian dari Indonesia. Harus muncul pikiran-pikiran maju, termasuk juga perusahaan di Kalimantan membangun dengan melibatkan masyarakat.
“Bila kita lihat sampai saat ini masyarakat yang tinggal jauh disana, masih jauh dari pembangunan, diharapkan untuk dapat melibatkan masyarakat adat dimanapun berada,” pungkas Yasonna. (Hen)