JAKARTA – Hasil survei terbaru menunjukkan dominasi Dedi Mulyadi di Jawa Barat (Jabar), jika Ridwan Kamil maju Pilkada Jakarta.
Pengamat pun mencium aroma rivalitas terselubung antara Gerindra, partainya Dedi, dan Golkar, partai Ridwan Kamil.
Pencalonan keduanya pun belum final. Seperti diketahui, pendaftaran bakal calon Pilkada serentak 2024 dimulai 27 Agustus 2024 mendatang.
Soal dominasi Dedi Mulyadi di Jabar terkuak pada hasil survei Indikator Politik Indonesia yang rilis hari ini, Kamis (4/7/2024).
“(Elektabilitas Ridwan Kamil unggul) signifikan, betul secara statistik, tetapi tidak terlalu dominan Kang Ridwan di Jawa Barat kalau melawan Dedi Mulyadi,” kata peneliti utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi saat merilis hasil survei Peta Elektoral Jelang Pilkada Jabar 2024 melalui zoom meeting, Kamis (4/7/2024), dikutip dari Tribunnews.
Dalam survei simulasi tiga nama menyertakan Dedi Mulyadi, Ridwan Kamil dan Ilham Akbar Habibie. Tercatat Ridwan Kamil mendapatkan perolehan elektabilitas tertinggi 56,3 persen, disusul Dedi Mulyadi 8,9 persen, Ilham Akbar Habibie 3,3 persen.
“Bagaimana jika Ridwan Kamil dikeluarkan ternyata tidak seluruhnya pendukung Ridwan Kamil lari ke Dedi Mulyadi,” ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam rilis daring, Kamis (4/7/2024).
Lanjutnya dalam survei simulasi tiga nama yang berbeda tanpa menyertakan nama Ridwan Kamil. Nama Dedi Mulyadi mendapatkan perolehan angka tertinggi.
“Kang Bima ada kenaikan cukup lumayan dari 2 jadi 8,9 persen. Ilham juga alami kenaikan (7.9 persen). Tetapi Dedi Mulyadi juga mendapatkan kenaikan dari pendukung Ridwan Kamil (67,6 persen),” jelasnya.
Atas hal itu, Burhanuddin menegaskan kekhawatiran Golkar masuk akal bahwa Dedi Mulyadi bakal mendominasi, jika Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta.
“Jadi kalau kita melihat peta hari ini kekhawatiran Golkar kalau Ridwan Kamil dibawa ke Jakarta yang ambil untung adalah Gerindra. Masuk akal secara elektoral,” ungkapnya.
“Meskipun tentu saja, pertarungan meski Dedi Mulyadi masih jauh meninggalkan kandidat yang lain. Tetapi tidak sekompetitif jika Ridwan Kamil yang maju,” jelasnya.
Sementara itu pada simulasi tiga nama lainnya, Dedi Mulyadi juga masih unggul dengan perolehan 67,5 persen, Dedi Yusuf 17,8 persen, Haru Suhandaru 1,2 persen.
“Jadi siapapun lawannya kalau Ridwan Kamil tidak maju, pada survei dilakukan di bulan Juni, beliau (Dedi Mulyadi) mendapatkan kisaran di angka 67,5 persen,” terangnya.
Rivalitas Terselubung
Sementara, terkait analisis adanya rivalitas terselubung antara Golkar dan Gerindra, dikemukakan pengamat politik dari Universitas Nasional, Selamat Ginting.
“Golkar memasang dua kaki untuk Ridwan Kamil apakah akan ditempatkan di Jakarta atau di Jawa Barat. Sementara Gerindra “memaksa” Ridwan Kamil dimajukan di Jakarta, bukan di Jawa Barat,” kata Ginting, Senin (24/6/2024).
Ginting melihat nampaknya Golkar lebih ingin Ridwan Kamil maju kembali di Jawa Barat karena peluang menangnya yang besar.
“Karena secara elektabilitas Ridwan kamil kalah jauh dari Anies maupun Ahok,” kata Ginting.
Di sisi lain, Gerindra menginginkan Ridwan Kamil maju di Jakarta agar mereka bisa memajukan kadernya yakni Dedi Mulyadi di Pilkada Jawa Barat.
“Di sini pertarungan keduanya sedang berlangsung. Golkar tentu tidak ingin Ridwan Kamil itu sia-sia jika maju di Jakarta,” kata Ginting.
Karenanya, sejauh ini ia menyebut mengenai wacana koalisi Gerindra dan Golkar masih sangat alot meski sama-sama berasal dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) di tingkat nasional.
“Di sinilah Koalisi Indonesia Maju, memiliki kepentingan yang berbeda,” ucap Ginting.
Sumber: Tribun