PADA tahun 2023, Indonesia secara resmi diundang bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS menandai langkah penting dalam upaya memperkuat hubungan ekonomi global.
Lalu, apa saja keuntungan dan tantangan yang bisa dihadapi Indonesia dalam kelompok ini?
Keuntungan Indonesia Bergabung dengan BRICS
Salah satu keuntungan utama adalah kesempatan untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara BRICS, yang sebagian besar merupakan negara dengan ekonomi besar dan berkembang pesat. Dengan total populasi lebih dari 3,2 miliar jiwa, BRICS merupakan pasar besar yang dapat membuka peluang baru bagi produk-produk ekspor Indonesia, seperti kelapa sawit, karet, dan tekstil. Kerjasama ini juga memungkinkan peningkatan investasi dari negara-negara BRICS ke sektor-sektor penting di Indonesia, termasuk infrastruktur, energi terbarukan, dan teknologi.
Selain itu, Indonesia akan memiliki akses ke New Development Bank (NDB), lembaga keuangan BRICS yang didirikan untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan proyek berkelanjutan di negara-negara anggotanya. Dengan dukungan NDB, Indonesia dapat memperoleh pembiayaan dengan bunga rendah yang bermanfaat untuk proyek-proyek besar, seperti pembangunan jalan tol, jembatan, pelabuhan, dan fasilitas energi terbarukan. Ini juga memberikan kesempatan untuk mengurangi ketergantungan pada lembaga keuangan internasional tradisional seperti Bank Dunia dan IMF.
Di bidang geopolitik, keanggotaan BRICS juga dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia di kancah internasional. Dalam berbagai isu global, BRICS berupaya mengurangi dominasi negara-negara Barat dan mendorong sistem multipolar yang lebih seimbang. Dengan menjadi bagian dari BRICS, Indonesia dapat memiliki peran yang lebih besar dalam menentukan kebijakan-kebijakan global, khususnya dalam isu-isu perdagangan, perubahan iklim, dan stabilitas keuangan.
Tantangan yang Dihadapi Indonesia di BRICS
Namun, bergabungnya Indonesia dalam BRICS juga membawa sejumlah tantangan. Pertama, perbedaan kepentingan antara negara-negara anggota BRICS dapat menjadi hambatan dalam mencapai kesepakatan bersama. Misalnya, kebijakan ekonomi dan politik antara China dan India yang sering kali bertolak belakang bisa mengganggu soliditas kelompok. Indonesia perlu bersikap hati-hati agar tetap menjaga hubungan baik dengan semua anggota tanpa memihak salah satu pihak secara terbuka.
Selain itu, fokus investasi dari BRICS bisa berdampak pada sektor-sektor tertentu di Indonesia yang memiliki potensi konflik kepentingan, seperti sektor pertanian dan energi. Apabila investasi asing tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat merugikan para pelaku usaha lokal, terutama di sektor-sektor yang berhadapan langsung dengan persaingan dari negara-negara anggota BRICS.
Di sisi lain, bergabung dengan BRICS bisa membuat Indonesia menghadapi tekanan diplomatik dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Sebagai bagian dari BRICS, yang memiliki agenda mengurangi dominasi dolar AS, Indonesia mungkin akan berada dalam posisi yang menantang, terutama dalam menyeimbangkan hubungan baiknya dengan negara-negara Barat.
Kesimpulan
Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS adalah langkah yang berpotensi memberikan banyak manfaat ekonomi dan geopolitik. Namun, seperti halnya kebijakan lainnya, keanggotaan ini juga membawa tantangan yang harus dikelola dengan bijaksana. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko dari keikutsertaannya dalam BRICS, demi meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat posisi Indonesia di panggung dunia.
Penulis: Heri Irawan (Pimred Landak News)