JAKARTA  – Saat ini, Indonesia memiliki 24 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang beroperasi, membentang dari Aceh hingga Papua. Dari jumlah tersebut, 12 KEK fokus pada industri, delapan pada pariwisata, dua di sektor digital, dan dua lagi di sektor jasa.

Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK, Rizal Edwin Manansang, dalam acara “Peranan Kawasan Ekonomi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Industri Hilir Sawit Bernilai Tambah Tinggi”, yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia dan DMSI (Dewan Minyak Sawit Indonesia) di Jakarta, Senin (4 November 2024).

Rizal menjelaskan, dari 24 KEK tersebut, ada empat yang memiliki kegiatan utama terkait pengolahan sawit, yaitu KEK Sei Semangke di Sumatera Utara, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MTBK) di Kalimantan Timur, KEK Sorong di Papua Barat Daya, dan KEK Arun Lhokseumawe di Kabupaten Aceh.

Baca juga:   Menuju Kedaulatan dan Swasembada Energi Berbasis Sawit

“Khusus buat KEK yang berusaha atau memiliki tema industri pengolahan sawit ini sudah ada 37 pelaku usaha dengan realisasi investasi kumulatif Rp 21,9 triliun dan juga menyerap tenaga kerja sebanyak 6.247 orang,” kata Rizal.

Rizal menambahkan, KEK Sei Mangkei merupakan kontributor terbesar untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di daerah Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Simalungun.

“Kemudian juga untuk kesempatan kerja, KEK Semangke sudah membuka lapangan kerja 25—74 ribu orang per tahun. Jadi, ini memang cukup menggemberikan dari prestasi yang ditorehkan oleH KEK Sei Mangkei,” ungkap dia.

“Ini menunjukkan kontribusi nyata terhadap pendapatan daerah dan perekonomian nasional,” ungkap dia.

Sementara itu, di KEK MTBK, masyarakat setempat menikmati manfaat berupa suplai listrik dan air bersih, yang meningkatkan kualitas hidup dan mendukung aktivitas ekonomi sehari-hari.

Di KEK Sorong, pengembangan kawasan ini telah mendorong pertumbuhan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitarnya, memperkuat ekonomi lokal dan menciptakan peluang usaha baru.

Sedangkan di KEK Arun Lhokseumawe, pengembangan kawasan ini berkontribusi pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menunjukkan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat.

Seminar yang didukung BPDPKS, Holding Perkebunan Nusantara III (Persero), dan Musim Mas Grup ini dibuka oleh Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI Dida Gardera.

Narasumber seminar antara lain Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Tri Dewi Virgiyanti, Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS Arfie Thahar, Direktur KEK Sei Mangkei Moses Situmorang, dan Pemimpin Redaksi Majalah Sawit Indonesia Qayuum Amri.