Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S Pane. (Foto: Istimewa)
JAKARTA, LANDAK NEWS – Jajaran Kepolisian diharapkan mewaspadai maraknya isu ancaman teror ke Polda-Polda, seperti selebaran yang beredar di Banten.
Selain itu Polri perlu mencermati adanya isu latihan militer yang diduga teroris di Langkat.
Bagaimana pun ini gambaran kenekatan teroris pasca serangan ke Polda Sumut.
Ind Police Watch (IPW) sangat prihatin dgn maraknya aksi atau isu ancaman teroris ke Polda-Polda pasca serangan teror ke polda sumut.
Sepertinya kasus serangan ISIS di Marawi Filipina seakan menjadi enerji baru bagi kelompok radikal di indonesia untuk kembali menebar teror. Apalagi kantong-kantong radikalisme di Indonesia cukup banyak.
Untuk itu, kata Neta, operasi pembersihan dan penangkapan harus terus menerus dilakukan Polri terhadap jaringan teroris. Tujuannya agar tidak ada celah atau peluang bagi para teroris untuk berkembang atau menciptakan konflik ala Marawi di Indonesia.
Apalagi saat ini sedang musim mudik dimana banyak TKI pulang ke tanah air,bukan mustahil momentum ini digunakan para kelompok radikal yg sdh bergabung dengan ISIS kembali ke tanah air untuk menebar teror.
Selain itu, tekanan yang dilakukan pemerintah Filipina pasca konflik di Marawi patut pula diwaspadai.
“Bukan mustahil akibat tekanan itu kelompok radikal tersebut mencari perlindungan ke Indonesia, apalagi dalam kelompok radikal yang melakukan serangan di Marawi itu terdapat cukup banyak orang Indonesia. Jadi penangkapan terhadap 41 orang terduga teroris pasca bom Kampung Melayu masih merupakan bagian kecil dari rencana global kelompok radikal yang berkolaborasi dengan ISIS untuk menebar teror di Indonesia,” sebut Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S Pane kepada okebung.com,Rabu (28/06/2017).
Teror bom Kampung Melayu sendiri merupakan serangan terbesar yang memakan korban anggota Polri yang pernah terjadi di Indonesia. Para teroris pasti akan bertepuk dada, apalagi mereka berhasil melakukan serangan ke Polda Sumut dengan hanya sebilah pisau dapur dan membunuh anggota Polri.
Bagaimana pun fenomena ini harus dicermati dan jangan sampai kelompok teror merasa menang terhadap Polri dan kembali melakukan serangan kepada aparat keamanan.
Selain itu jangan sampai kelompok teror yang ada di Indonesia bisa membangun poros perlawanan dengan kelompok teror yang berhasil melakukan serangan militer di Marawi.
“IPW memberi apresiasi pada Kapolri yang telah memerintahkan anggotanya untuk terus menerus membersihkan jaringan kelompok teror di Indonesia,” tegas Neta.
Kalau ditanya apakah penangkapan terhadap puluhan anggota teroris itu sudah sesuai sasaran? Jawabnya tentu saja belum. Sebab jumlah anggota dan sebaran kelompok teror di Indonesia sangat fluktuatif sesuai dengan peluang dan pengaruh global.
Di sisi lain basis- basis dan potensi radikalisme sudah tumbuh sejak Indonesia merdeka. Sebab itu Polri jangan memberi sedikit pun peluang bagi kelompok teror untuk bisa melakukan konsolidasi.
“Sayangnya sebagian anggota Polri masih suka bersikap ceroboh dan tidak profesional. Dalam kasus di pos polisi di Surabaya misalnya, Kapolrestabes-nya menemukan anggotanya yang sedang piket pada tidur. Bayangkan jika teroris yang muncul, seperti yg terjadi di Polda Sumut tentu akan ada lagi polisi yang terbunuh oleh teroris,” harap Neta,
Untuk itu pimpinan Polri di daerah harus rajin melakukan sidak dan terus menerus mengingatkan jajaran bawahnya agar meningkatkan kewaspadaan dan profesional dalam menjalankan tugas agar tidak menjadi bulan-bulanan teroris.
“Keterlibatan TNI tetap diperlukan untuk membantu Polri dalam mengatasi terorisme. Namun, pelibatan TNI dalam menangani urusan keamanan harus sesuai dengan undang undang,” tutupnya.(red)