Pj. Sekda Alfius, memukul gong bertanda telah dibuka kegiatan Tumpang Negeri 2017. Didampinggi Pangeran Ratu Setia Kerajaan Landak, Gusti Fiqri Azizurrahmansyah beserta keluarga raja, Kerabat Keraton Ismahayana Landak, Wakil Bupati Mempawah, Gusti Ramlana, Ketua Majelis Kerajaan Kalbar, Gusti Kamboja yang juga Raja Ketapang, dan Raja Tayan, Gusti Yusri. (Foto: One)
NGABANG, LANDAKNEWS– Tumpang Negeri Keraton Ismahayana Landak tahun 2017 resmi dibuka oleh Bupati Landak yang diwakili Pj. Sekda Landak, Alpius, Sabtu (14/10) malam di Keraton Ismahayana Landak.
Berlangsungnya agenda tahunan itu bertepatan dengan setahun mangkatnya Raja Landak, H. Gusti Suryansyah Bergelar Raja Iswaramahayana Dipati Karang Tanjung.
Hadir dalam pembukaan, Pangeran Ratu Setia Kerajaan Landak, Gusti Fiqri Azizurrahmansyah beserta keluarga raja, Kerabat Keraton Ismahayana Landak, Wakil Bupati Mempawah, Gusti Ramlana, Ketua Majelis Kerajaan Kalbar, Gusti Kamboja yang juga Raja Ketapang, Raja Tayan, Gusti Yusri dan para tamu undangan serta masyarakat.
Dalam arahannya, Pj Sekda Landak, Alpius berharap Ziarah Akbar dan Tumpang Negeri yang dilaksanakan Keraton Ismahayana Landak ini dapat terus berkembang.
“Apalagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menetapkan sembilan warisan budaya tak benda Indonesia Kalimantan Barat, ” ujarnya.
Dijelaskan, sembilan warisan budaya tersebut meliputi Nyagahatn, Jonggan, Tumpang Negeri, Tari Pinggan Sekadau, Gawai Dayak Kalbar, Tenun Corak Insang, Saprahan Melayu Kota Pontianak, Arakan Pengantin Kota Pontianak dan Sape Kalbar.
“Kami dari Pemkab Landak tetap memberikan dukungan atas terselenggaranya event tahunan ini. Saya berharap Tumpang Negeri bisa menjadi garda didepan dalam memajukan dan mengembangkan nilai kebudayaan Landak, ” harapnya.
Ia menambahkan, Pemkab Landak akan selalu memfasilitasi kegiatan tersebut. “Namun kegiatan ini bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja, tapi semua elemen masyarakat juga ikut bertanggungjawab, ” pintanya.
Ketua panitia pelaksana, Gusti Muhardi mengakui, jika pelaksanaan gawe akbar tersebut sedikit telat dalam pelaksanaannya. “Akan tetapi hal itu bukanlah menjadi halangan untuk melaksanakan kegiatan ini,” ujarnya.
Apalagi lanjutnya, Tumpang Negeri inipun sudah memiliki hak paten sebagai budaya lokal dan nusantara.
“Hal ini patut kita apresiasi. Semoga ke depan kegiatan ini akan bertambah lebih baik.
Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari peran serta pemerintah dalam mendorong tumbuh kembangnya budaya. Tidak terlepas juga peran serta masyarakat untuk terus menjaga nilai kearifan lokal agar tetap terpelihara, ” ungkapnya.
Oleh: Tim Liputan