Universitas Tanjungpura menggandeng perusahaan asal Korsel Ilshin dan PTPN XIII dalam mengembangkan limbah kelapa sawit sebagai sumber energi. (Istimewa)
PONTIANAK, LANDAKNEWS – Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak menggandeng perusahaan asal Korea Selatan Ilshin serta PTPN XIII untuk mengembangkan limbah cair sawit sebagai sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk listrik di Kalbar.
“Untuk pengembangan itu kita dari tiga pihak terkait baru saja melakukan penandatangan kerja sama di Kantor Pusat PTPN XIII, Pontianak,” ujar Rektor Untan Pontianak, Prof Dr Thamrin Usman DEA di Pontianak, Sabtu.
Thamrin menjelaskan adanya kerja sama yang dibangun sebagai upaya untuk mengatasi dampak pemanasan global dan kerusakan lingkungan hidup dari aktivitas industri sawit di Kalbar.
“Apa yang akan kita kembangakan tersebut akan juga memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi dari limbah cair pabrik kelapa sawit,” jelas dia.
Ia menambahkan hasil akhir yang akan diperoleh dari pengembangan nantinya berupa biodiesel dari Palm Acid Oil dan listrik dari gas methane.
“Pihak PTPN XIII berperan sebagai tempat riset dengan penyediaan limbah cair dari pabrik kelapa sawit, pihak Untan akan menjadikan limbah cair tersebut sebagai topik riset dan pihak Ilshin dari Korea Selatan menyediakan alat dan anggaran,” papar dia.
Dikatakan dia kehadiran limbah cair pabrik sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) memberikan dampak terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup.
“Kemudian yang paling menjadi sorotan masyarakat dunia adalah dampak kenaikan suhu bumi akibat terbentuknya Gas Efek Rumah Kaca (Gas Methane). Gas ini sesungguhnya dengan sentuhan teknologi pada gilirannya dapat dimanfaatkan sebagai gas penggerak generator listrik utk menghasilkan listrik,” jelas dia.
Ia menyebutkan melalui teknologi yang dikembangkan oleh Ilshin, limbah industri kelapa sawit dapat diubah menjadi biogas.
“Nantinya kapasitas produksi sebesar 9.000 N per hari. Itu akan mampu menghasilkan suplai listrik sebesar 7.675 MWh per tahun,” jelas dia.
Selain itu, lapisan minyak yang berkualitas sangat jelek atau Palm Acid Oil selanjutnya dapat menambah beban pencemaran air dan tanah serta bau busuk di udara, tetapi dengan bantuan teknologi maju dapat diubah menjadi produk yang bernilai ekonomi yang tinggi yaitu energi ramah lingkungan biodiesel sebagai pengganti BBM solar.
“Secara umum melalui teknologi yang akan dikembangkan ada dua manfaat besar yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut yakni mengatasi masalah limbah dengan efek pemanasan global dan mengubah limbah jadi produk ekonomi tinggi,” jelas dia.
Menurutnya projek tersebut pada gilirannya dapat diklaim sebagai program sawit bersih yang dapat digunakan kepada masyarakat dunia sebagai klaim bahwa industri sawit di Kalbar ramah lingkungan.
“Dengan demikian kita dapat terhindar dari embargo dari negara-negara konsumen baik di Eropa maupun Amerika dan Jepang. Tahap pertama kerja sama ini berupa Oil Recovery berdurasi satu tahun dengan masa kerja sama selama lima tahun,” jelas dia
Sumber: Antara Kabar