Home / Kalbar

Jumat, 7 Agustus 2020 - 00:45 WIB

Dua Abad Lebih Perjalanan Mufti Syekh Haji Muhammad Ali Al-Fathani di Kerajaan Mempawah dan Kesultanan Pontianak

Mempawah –   Diawali dengan pemotongan hewan qurban, menandai dimulainya rangkaian Haul Akbar yang diselenggarakan Dzurriyah Mufti Syekh Al Hajj Muhammad Ali Al-Fathani yang tersebar di beberapa daerah Kalimantan Barat bahkan hingga ke tanah Jawa dan Sumatera. Minggu (02/08/20).

Pemotongan hewan qurban yang dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 31 Juli 2020 Masehi bertepatan tanggal 10 Zulhijjah 1441 Hijriah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Iedul Adha atau Iedul Kubra dan Iedul Kurban.

Selang sehari kemudian, yakni pada hari Sabtu tanggal 01/08/2020 (11 Zulhijjah 1441 H ) acara puncak Haul Akbar terlaksana bertempat di Aula Yayasan Bina Ihya Mandiri Jalan Dr. Rubini Mempawah Hilir.

Rangkaian Haul Akbar tersebut dihadiri ± sekitar 250 orang Min Ahli Dzurriyah Mufti Syekh Haji Muhammad Ali Al-Fathani. Jumlah ini hanya sebahagian kecil dari jumlah anak cucu keturunan Syekh Ali Al Fathani, yang tercatat ribuan orang jumlahnya dan tersebar di berbagai daerah.

Haul Akbar diwarnai dengan penjelasan ringkas kehadiran Syekh Haji Muhammad Ali Al-Fathani di Kerajaan Mempawah yang juga berjuluk Bumi Galaherang. Tampil sebagai pembicara sekaligus memimpin do’a untuk arwah Mufti Syekh Haji Muhammad Ali Al-Fathani beserta istri dan anak cucu keturunannya atau dzurriyahnya yang telah menghadap Rabbul Izzati terlebih dahulu adalah Ustadz H.Abdul Hamid Santosa bin Abdullah bin H.M.Daud bin H.M.Dumyati bin Syekh HM.Ali Al Fathani. Ustadz Hamid merupakan nasab atau keturunan ke-4 dari anak ke-4 Syekh Haji Muhammad Ali Al-Fathani yang bernama Haji Muhammad Dumyati.

Dalam ringkasan kisahnya, bahwa kehadiran Mufti Syekh Haji Muhammad Ali Al-Fathani di Bumi Galaherang adalah atas undangan Raja Mempawah Opu Daeng Manambon, yang terkenal dekat dan cintanya dengan Ulama-Ulama. Diiringi dengan 40 Kapal yang memasuki Sungai Kuala Mempawah 273 tahun yang silam atau bertarikh 1747 Masehi, beliau mengikut sertakan kerabat dekatnya seperti istri dan putra putrinya. Selang beberapa tahun kemudian istri dan beberapa kerabat dekatnya kembali ke Pattani Thailand Selatan, karena kerinduan untuk melihat kampung halamannya dan juga disebutkan bahwa Syekh Haji Muhammad Ali Al Fathani adalah kerabat dari Kesultanan Pattani Darussalam, Kerajaan Islam Melayu terbesar di Nusantara yakni terletak di Negeri Thailand.

Sesampainya di Sungai Kuala Mempawah, Syekh Haji Muhammad Ali Al-Fathani disambut langsung oleh pihak Kerajaan dan menghadap kepada Raja Opu Daeng Manambon dan didapati bahwa sang Raja telah terlebih dahulu melantik Habib Husein bin Sayyid Ahmad Al-Qadri sebagai Mufti Pertama di Kerajaan Mempawah. Hal ini tidak membuat Syekh Haji Muhammad Ali Al Fathani berkecil hati hingga beliau tetap utarakan kepada Raja Opu Daeng Manambon untuk tinggal di wilayah Kerajaan Mempawah dan memilih kediaman atau menetap di Kampung Kuala Tanjung kala itu sambil menyebarkan dan memberikan pembelajaran Agama Islam kepada penduduk negeri di Kerajaan Mempawah. Bersama Mufti Pertama Habib Husein bin Sayyid Ahmad Al Qadri, Syekh Ali Al Fathani berbagi peran dan saling bahu membahu dalam menyebarkan dakwah Islamiyah di Bumi Galaherang dan sekitarnya.

Baca juga  Dampak Lockdown Malaysia, Cornelis : Pemerintah Juga Harus Perhatikan Masyarakat Perbatasan

Singkat ceritanya, seiring perjalanan waktu, sebelum wafatnya Raja Opu Daeng Manambon pada tahun 1761 M, Mufti Pertama Kerajaan Mempawah Al Habib Husein Al Qadri bin Sayyid Ahmad Al Qadri yang wafat pada tahun 1771 M, Habib Husein Al Qadri telah menyampaikan pesan atau amanah wasiat langsung kepada Raja Opu Daeng Menambon agar tidak memilih pengganti Mufti setelah Habib Husein, kecuali menetapkan dan memilih Syekh Haji Muhammad Ali Al Fathani sebagai Mufti Pengganti beliau, Habib Husein Al Qadri. Namun karena ketika itu Habib Husein masih sehat wal ‘afiat, permintaan amanah wasiat itu ditolak secara halus oleh Syekh Ali Al Fathani, sebagai wujud rasa takzim dan saling menghormati beliau kepada Habib Husein Al Qadri, agar tetap menjadi Mufti sampai beliau tiada. Hingga akhirnya setelah Habib Husein Al Qadri wafat pada tahun 1771 M, barulah Syekh Ali Al Fathani bersedia dilantik sebagai Mufti Kedua menggantikan Habib Husein Al Qadri. Syekh Haji Muhammad Ali Al Fathani dilantik sebagai Mufti Kedua di Kerajaan Mempawah pada periode Putra Pertama Raja Opu Daeng Manambon yakni Raja Gusti Jamiril Ali menjadi Raja Mempawah menggantikan ayahnya yang telah wafat 10 tahun sebelum wafatnya Habib Husein Al Qadri yakni pada tahun 1761 M. Semuanya adalah dalam rangka melaksanakan amanah wasiat yang telah disampaikan Habib Husein Al Qadri jauh-jauh hari kepada Raja Opu Daeng Menambon.

Tercatat dalam penelitian Khazanah Fathaniyah, sejak kecilnya Gusti Jamiril Ali bersama iparnya yakni Syarif Abdurrahman Al Qadri bin Habib Husein Al Qadri belajar menimba ilmu agama secara langsung kepada Habib Husein Al Qadri dan Syeikh Ali Al Fathani secara bersamaan. Karena kedekatan ruhaniah ini telah terjalin sejak lama antara Syekh Ali Al Fathani dengan muridnya, Raja Gusti Jamiril Ali dan Syarif Abdurrahman bin Habib Husein Al Qadri, sehingga di tahun yang sama yakni tahun 1771 M, ketika Syarif Abdurrahman Al Qadri mendirikan Kerajaan Baru, bernama Kesultanan Pontianak, beliau juga meminta kesediaan Syekh Ali Al Fathani agar bersedia sekaligus menjadi Mufti Pertama di Kesultanan Pontianak.

Kesultanan Pontianak, yang memiliki Istana bernama Keraton Kadriah kini berada di Kampung Dalam Pontianak Timur yang bersebelahan dengan Pelabuhan Senghi Pontianak. Sebagai Mufti di Kerajaan Mempawah Syekh Ali Al Fathani juga bolak balik ke Kesultanan Pontianak, namun akhirnya Syekh Ali Al Fathani lebih memilih domisili akhir di wilayah Kerajaan Mempawah.

Baca juga  Jumpa Karolin, Warga Pontianak Kota Keluhkan Tiang Listrik Di Tengah Jalan

Adapun dzurriyah pertama dari Syekh Haji Muhammad Ali Al Fathani hasil perkawinannya dengan seorang perempuan *muallaf keturunan China bermarga Lim dari daerah Monterado bernama Hajjah Syarifah beliau dikarunia 5 orang putra putri yang bernama : 1.Hajjah Fatimah* (makam berada di Desa Tanjung), *2.Haji Abdurrahman alias Wak Tapak* (makam berada di Desa Tanjung ), *3.Haji Ismail* (makam berada di Desa Tanjung ), dan *4.Haji Muhammad Dumyati* (makam berada di Desa Tanjung) dan *5.Hayyu* (dalam penjelasan dari mulut ke mulut, beliau hilang ghaib ketika remaja kecil).

Berdasarkan keterangan lisan dari anak cucu cicit Syeikh Ali Al Fathan, bahwa Syekh Ali Al Fathani berusia cukup panjang yakni di atas seratus tahun lebih. Setelah wafatnya Syekh Ali Al Fathani memberi amanah agar di makamkan di dekat majelis beliau mengajar dan meyebarkan dakwah Islamiyah yang terletak di Kelurahan Pedalaman Mempawah, tidak jauh dari komplek pemakaman para raja Kerajaaan Mempawah. Syekh Ali Al Fathani beserta istrinya Hj Syarifah dimakamkan berdampingan disana, dan tercatat dalam sejarah lama, makam Syekh Ali Al Fathani terkenal dengan julukan Keramat Pokok Sena karena dekat makam beliau dahulu banyak tumbuh pohon sena.

Dalan rangkaian Haul Akbar Syekh Ali Al Fathani kemudian sekitar pukul 13.30 wib di hari tersebut di atas dilanjutkan bersama-sama berziarah di komplek pemakaman Keramat Pokok Sena, kembali senandung do’a dipanjatkan agar Allah memberikan maghfirah, rahmah, karuniah dan menempatkan beliau sebagai ahli jannah atau surga yang terbaik dan terindah bagi almarhum dan almarhumah.

Haul Akbar tersebut berakhir sekitar pukul 16.00 wib, salah seorang cicit Syekh Ali Al Fathani dari jalur putra ketiga Syekh Ali Al Fathani yakni H.Ismail atau dzurriyah ke 3 yang cukup sepuh bernama Usu Maryam berusia ±78 tahun menuturkan bahwa haul ini sangat berarti dan berpesan agar haul berikutnya dapat menghadirkan seluruh dzurriyah Almarhum yang ada dan tersebar di berbagai daerah bisa hadir dan berkumpul.

“Saye bersyukur dengan acare ini terselenggara, mudah-mudahanlah pada tahun depan lebih banyak agik yang datang, ucapnya bergetar menahan haru dalam usianya yang renta”

Seluruh kerabat dzurriyah Syekh Haji Muhammad Ali Al Fathani dengan keharuan mendalam berpisah dan kembali ketempat domisilinya masing masing.

Penulis : Suliyanto Nasab Ke 5

Editor : One

Share :

Baca Juga

Kalbar

Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura Gelar Peringatan Isra’ Mi’raj di Masjid Nurul Ikhlas

Kalbar

Kepala Penerangan Daerah Militer XII/Tanjungpura : Sebanyak 2.304 Botol Minuman Keras Ilegal Digagalkan Batalyon Infanteri 123/Rajawali

Kalbar

Panglima Kodam XII/Tpr: Tentara, Jiwa dan Raga Untuk Dikontrakan

Kalbar

Sanggau Juara Umum Gawai Dayak Kalbar 2018

Kalbar

Gunakan Naluri Keibuan, Karolin Pastikan Pembangunan Kalbar Berkeadilan

Kalbar

Resmikan Drive Thru di Museum, Cornelis : OPD Wajib Bayar Pajak

Kalbar

Kapendam XII/Tpr Luruskan Berita Penahanan 2 Orang Anggota Pos Sei Saparan SSK II Satgas Pamtas Yonif 642/Kps

Kalbar

Kapolsek Mandor Hadiri Latihan Pra Operasi Bina Karuna Kapuas 2019 di Polres Landak
error: Content is protected !!