JAKARTA – Pantas saja Tri Rismaharini atau Risma digadang jadi penantang terkuat Khofifah di Pilgub Jatim 2024.
Prediksi ini ternyata berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indopol Survey & Consulting.
Direktur Indopol Survey & Consulting Fauzin menganalisa, jika dilihat dari konfigurasi politik Jawa Timur (Jatim), memang sangat memungkinkan untuk munculnya calon penantang.
Apalagi, dua partai pemilik kursi besar di DPRD Jatim, PKB dan PDIP belum juga menentukan sikap.
PKB berstatus sebagai pemenang Pileg di DPRD Jatim dengan 27 kursi. Adapun PDIP memiliki 21 kursi hasil Pemilu 2024.
Baca juga: Lawan Khofifah dan Emil Dardak di Pilgub Jatim Tak Kunjung Muncul, Pengamat: PKB-PDIP Punya Peluang
“Kami berharap masyarakat diberikan opsi dalam demokrasi. Banyak pilihan justru semakin baik,” kata Fauzin saat berbincang dalam podcast Mata Lokal Memilih di Studio TribunJatim Network, Senin (8/7/2024).
Menurutnya, Pilgub Jatim memang selalu menarik, karena segala dinamika politik yang mengiringi kontestasi selalu jadi pusat perhatian nasional.
Sehingga, dengan pertarungan melawan kotak kosong maka hanya akan menjadi preseden buruk demokrasi lima tahunan di Jatim. Dalam kacamata ini, parpol harus memberikan banyak opsi kepada masyarakat.
Fauzin menjelaskan, terkait Pilgub Jatim, Indopol Survey & Consulting sudah beberapa kali menggelar jajak pendapat publik. Setidaknya dua kali yakni pada kurun Maret 2023 dan Juli 2023.
Dari dua kali survei itu, Fauzin menjelaskan, nama Khofifah Indar Parawansa sebagai kandidat calon gubernur memang unggul.
Meski dengan jarak angka elektabilitas yang relatif jauh, pesaing terdekat Khofifah dalam survei tersebut adalah Tri Rismaharini atau Risma yang merupakan Menteri Sosial dan mantan Wali Kota Surabaya dua periode.
Menurut Fauzin, hal itu wajar, sebab Risma belum melakukan gerakan politik.
Baca juga: Bursa Pilgub Jatim 2024 Mengerucut, Sosok Penantang Khofifah dari PDIP Akan Diungkap Akhir Juli
“Sehingga, kalau ditanya siapa penantang terkuatnya, berdasarkan beberapa survei kami, Bu Risma menjadi salah satunya” terang Fauzin.
Di luar nama Risma, Fauzin juga menilai KH Marzuki Mustamar mantan Ketua PWNU Jatim yang layak untuk maju sebagai kandidat penantang, sebagaimana wacana yang belakangan dimunculkan oleh PKB.
Meski belum memotret elektabilitas Kiai Marzuki, namun Fauzin menyebut, kriteria ulama atau tokoh masyarakat cukup banyak dipilih oleh responden dalam berbagai survei sebelumnya.
“Sehingga, di antara banyak tokoh Kiai Marzuki layak diwacanakan,” ungkapnya.
Fauzin menjelaskan, langkah politik PKB dan PDIP ke depan akan menentukan potensi pertarungan Pilgub atau apakah hanya akan menampilkan pertarungan kotak kosong.
Dengan sikap kedua partai tersebut, maka bisa menarik parpol lain yang belum menentukan pilihan seperti NasDem dan PKS atau bahkan PPP.
“Sehingga, kunci utama penantang salah satunya akan ditentukan oleh langkah politik PKB dan PDIP,” tandas Fauzin.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menyebut, langkah PKB dan PDIP di sisa 1,5 bulan masa pendaftaran calon ini menarik ditunggu.
Di waktu yang tersisa ini, komunikasi dan penjajakan politik pasti akan semakin gencar dilakukan parpol.
“Apakah petahana akan melawan kotak kosong atau ada lawan. Menurut saya sangat bergantung pada PKB dan PDIP,” ujarnya dikonfirmasi terpisah.
Dalam kacamata Surokim, jika dilihat dari potret politik saat ini, PKB hampir pasti akan maju sebagai kubu penantang.
Sebab, PKB nyaris sulit untuk bergabung dengan koalisi Khofifah-Emil.
Sementara, PDIP dinilai masih menimbang berbagai hal utamanya dalam opsi memberangkatkan kader internal.
Jika nantinya PKB dan PDIP berada dalam satu kubu, maka salah satu opsi yang bisa diambil adalah memasangkan Kiai Marzuki-Risma. Pasangan ini dinilai potensial untuk pesaing sepadan petahana.
“Harus diakui petahana cukup kuat saat ini, sehingga memang memancing partai lain untuk bergabung sangat tinggi. Sekali lagi peluang mendapatkan lawan akan sangat bergantung kepada PKB dan PDIP,” ungkap Surokim yang juga peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) tersebut.
Sosok Risma
Saat ini Risma menjabat sebagai Menteri Sosial atau Mensos Republik Indonesia.
Risma lahir di Kediri, Jawa Timur, 20 November 1961.
Sebelum menjadi Mensos, Risma pernah menjabat sebagai Wali Kota Surabaya selama 2 periode.
Risma adalah wanita pertama yang terpilih sebagai Wali Kota Surabaya sepanjang sejarah.
Risma tercatat sebagai wanita pertama yang dipilih langsung menjadi wali kota melalui pemilihan kepala daerah sepanjang sejarah demokrasi Indonesia di era reformasi.
Tri Rismaharini juga menyandang kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang berulang kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia.
Risma menggantikan Bambang Dwi Hartono yang kemudian menjabat sebagai wakilnya. Pasangan Risma-Bambang diusung oleh PDI-P dan memenangi pilkada Surabaya 2010 dengan perolehan suara mencapai 358.187 suara atau 38,53 persen dari jumlah suara keseluruhan.
Pasangan ini dilantik pada tanggal 28 September 2010 oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo dalam sidang paripurna DPRD Kota Surabaya.
Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana dilantik sebagai wali kota dan wakil wali kota Surabaya untuk masa bakti 2016-2021 pada tanggal 17 Februari 2016 oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo di Gedung Negara Grahadi bersamaan dengan pelantikan 16 bupati/wali kota hasil Pilkada Serentak 2015 di Jawa Timur.
Sebelum menjadi wali kota, Risma menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko) hingga tahun 2010.
Risma meniti karier sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) Kota Surabaya sejak dekade 1990-an.
Pada tanggal 14 September 2018 dalam Kongres UCLG-ASPAC 2018 (Asosiasi Pemerintah Kota dan Daerah Se-Asia Pasifik) di Surabaya, Tri Rismaharini terpilih secara aklamasi sebagai Presiden UCLG-ASPAC untuk masa bakti 2018-2020 menggantikan Gubernur Provinsi Jeju, Korea Selatan, Won Hee-ryong.
Sumber: Surya