Jakarta – Perwakilan Amerika Serikat, China, dan Rusia berselisih paham dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) ketika membahas pandemi virus corona yang tengah menginfeksi dunia.
Ketiga negara saling tuding mengenai siapa yang bersalah dalam menangani dan mempolitisasi pandemi.
Perdebatan tajam di pertemuan yang bertajuk “Tata Kelola Global Pasca Covid-19” itu mencerminkan perpecahan mendalam di antara tiga anggota dewan pemegang veto yang kian meningkat sejak virus pertama kali muncul di kota Wuhan, China pada akhir 2019 lalu.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menekankan pentingnya multilateralisme yang berpusat pada PBB. Dia turut menyinggung negara-negara, termasuk AS yang memilih untuk tidak membuat vaksin Covid-19 menjadi barang publik secara global.
“Dalam momen yang penuh tantangan ini, negara-negara besar bahkan lebih berkewajiban mengutamakan masa depan umat manusia, membuang mentalitas Perang Dingin dan bias ideologis, dan bersatu dalam semangat kemitraan untuk mengatasi kesulitan,” kata Wang.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan pandemi dan “kemalangan yang biasa terjadi tidak menghilangkan perbedaan antar-negara, tapi justru memperdalamnya”.
“Di sejumlah negara, ada godaan untuk mencari (kambing hitam) ke luar negeri bagi mereka yang bertanggung jawab atas masalah internal mereka sendiri,” ujarnya
“Dan kami melihat upaya dari masing-masing negara dalam menggunakan situasi saat ini untuk memajukan kepentingan sempit mereka, menyelesaikan masalah dengan pemerintah yang tidak diinginkan, atau pesaing geopolitik,” tambahnya.
Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB, Kelly Craft, membuka pidatonya dengan pernyataan yang blak-blakan.
“(Saya) malu pada masing-masing dari kalian. Saya heran dan muak dengan isi diskusi hari ini,” kata Craft, seraya mengatakan beberapa perwakilan “menyia-nyiakan kesempatan ini untuk tujuan politik”.
“Presiden Trump sudah menjelaskan dengan sangat jelas: Kami akan melakukan apa pun dengan benar, bahkan jika itu tidak populer, karena, izinkan saya memberi tahu Anda, ini bukan kontes popularitas,” ucapnya.
Craft mengutip pidato Trump pada Selasa (22/9) lalu dalam pidato virtualnya di Majelis Umum PBB. Saat itu, Trump mengatakan bahwa untuk memetakan masa depan yang lebih baik, “kita harus meminta pertanggungjawaban bangsa yang melepaskan wabah ini ke dunia: China”.
“Keputusan Partai Komunis China untuk menyembunyikan asal mula virus ini, meminimalkan bahayanya, dan menekan kerja sama ilmiah (yang) mengubah epidemi lokal menjadi pandemi global,” kata Craft.
“Tindakan ini membuktikan tidak semua negara anggota sama-sama berkomitmen untuk kesehatan masyarakat, transportasi, dan kewajiban internasional mereka,” lanjutnya.
Craft mengakhiri pidatonya dengan mengatakan, satu pelajaran dari pandemi adalah perlunya “persatuan, bukan perpecahan” dan mendesak anggota dewan “untuk bekerja sama dalam transparansi dan dengan itikad baik”.
Mengutip Associated Press, dalam manggapi tuduhan AS, Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, secara tegas mengatakan jika pihaknya secara tegas menentang dan menolak tuduhan tak berdasar AS yang ditujukan kepada mereka.
“Menyalahgunakan platform PBB dan Dewan Keamanannya, AS telah menyebarluaskan virus politik dan disinformasi, dan menciptakan konfrontasi dan perpecahan,” kata Zhang.
“AS harus memahami bahwa kegagalannya dalam menangani Covid-19 adalah kesalahannya sepenuhnya,” lanjutnya.
Senada dengan China, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menyatakan penyesalannya bahwa Craft menggunakan pertemuan tersebut “untuk membuat tuduhan tidak berdasar” terhadap salah satu anggota dewan.
“Sulit untuk tidak setuju dengan (pernyataan Craft) itu. Tapi sayangnya, inti dari pernyataannya, bentuk dan nadanya, tidak sesuai dengan desakan itu sama sekali,” kata Nebenzia.
Keributan tersebut muncul tepat setelah Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, membuka pertemuan DK PBB dengan mengecam kurangnya kerja sama global dalam menangani pandei yang hingga kini masih di luar kendali.
Guterres mengatakan dunia gagal bekerja sama dalam menangani pandemi Covid-19 dan menghadapinya dengan perpecahan dan kekacauan yang sama.
“Saya takut (ini) akan (jadi) yang terburuk,” ujarnya. (CNNI)